loading...
Namun, berbeda dengan saat ini, curah hujan tinggi pun tidak membuat semangat petani bawang merah hilang untuk menanam bawang merah. Melalui Kegiatan pendampingan dan pembinaan yang dilakukan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian ke lokasi-lokasi sentra pengembangan maupun sentra penumbuhan untuk komoditas bawang merah, kini saat musim hujan pun petani bisa terus membudidayakan bawang merah, yaitu dengan inovasi teknologi menggunakan metode sungkup plastik atau yang dikenal dengan rain shelter.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Anton Prihasto menjelaskan, manfaat metode sungkup ini antara lain mengatasi kendala penyakit fusarium supaya tidak terkena jamur; mampu menekan biaya tenaga kerja saat perawatan tanaman di musim hujan; biaya sanitasi lebih murah dan ekonomis; mendukung penerapan budidaya ramah lingkungan; memastikan keberhasilan panen saat musim hujan.
Selanjutnya, denga sungkup kelembaban terjaga; pupuk di lahan tidak mudah hilang akibat hujan; budidaya menjadi lebih ekonomis dan efisien; mengurangi biaya produksi; mudah diterapkan dan sangat efisien, dan hasil produksi dengan sungkup pun jauh lebih tinggi.
"Produksi pun relatif stabil antarmusim dan serta harga jualnya lebih bagus saat bukan musim (off season)," ungkap Anton dalam keterangan tertulis, Minggu (15/7/2018).
Untuk menumbuhkan daerah mandiri konsumsi khususnya bawang merah, Bambang sebagai Ketua Kelompok Tani Bangkit Lestari Desa Pakuncen, Kecamatan Bogorsari, Kabupaten Purbalingga, telah mencoba inovasi teknologi menggunakan metode sungkup plastik tersebut.
Menurutnya biasanya saat curah hujan tinggi penyakit layu yang sebabkan oleh jamur fusarium muncul. Hal ini yang membuat kelompok tani Bangkit Lestari mencoba menanam bawang merah varietas Bima Brebes dengan menggunakan sungkup plastik. "Dengan sungkup plastik, produksi yang dihasilkan oleh kelompok tani mencapai 10 sampai 12 ton/ha," tuturnya.
Selain menggunakan sungkup plastik, kelompok ini juga menggunakan lampu untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
Bambang menambahkan bahwa sungkup plastik yang dibutuhkan untuk lahan seluas 1.400 m2 hanya butuh dana Rp2 juta dan sungkup plastik ini bisa digunakan sampai 2-3 kali musim tanam. Sungkup ini dipasang pada saat setelah tanam benih, pada umur ± 35 HST (saat pembesaran umbi) di siang hari sungkup perlu dibuka sedikit agar tanaman dapat menerima sinar matahari langsung dan maksimal.
Penggunaan metode sungkup plastik ini juga dapat menghemat petani dalam pembuatan guludan, karena guludan tersebut dapat digunakan sampai 4 kali tanam.
Anton mengatakan, ini bukti bahwa petani Indonesia mampu untuk mengadopsi teknologi dan mencoba diterapkan ke lahan budidayanya sehingga mampu meningkatkan hasil produksinya tanpa terkendala dengan curah hujan.
(fjo)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Adopsi Sungkup Plastik, Petani Tanam Bawang di Musim Hujan"
Post a Comment