
loading...
Menurutnya penurunan suku bunga acuan seharusnya dilakukan sebelum rupiah mengalami pelemahan. Lantaran beberapa negara di Asia Tenggara lainnya telah melakukan perubahan pada suku bunga mereka.
"Jadi langkah BI yang akan menaikkan bunga acuan untuk menahan keluarnya dana asing, bisa dikatakan sedikit terlambat. Bank sentral di Malaysia dan Singapura lebih dulu menaikkan bunga acuannya mengikuti kenaikan Fed rate," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews, di Jakarta, Sabtu (28/4/2018).
(Baca Juga:Rupiah Dekati Rp14.000/USD, BI Intervensi di Pasar Valas dan SBN)
Lebih lanjut terang dia tekanan global masih akan terus berlanjut dan mempengaruhi nilai tukar rupiah pada dolar Amerika Serikat (USD). Tentunya sambung dia, pilihan menaikan suku bunga acuan merupakan sesuatu yang dilematis.
"Disatu sisi tekanan global dipastikan terus berlanjut hingga akhir tahun. Memang ini pilihan dilematis untuk naikkan bunga acuan, karena disatu sisi bunga bank rendah tetap diperlukan pelaku usaha dalam negeri. Tapi disisi yang lain rupiah melemah efeknya juga besar," paparnya.
Dia menambahkan, BI juga terkesan sedikit cemas dengan mengintervensi cadangan devisa saat tidak mampu angkat rupiah. Dengan kondisi itu bisa saja membuat cadangan devisa yang semakin tergerus.
"Menaikkan suku bunga acuan merupakan opsi yang tak bisa ditunda lagi. Jika BI 7 days repo rate naik 25-50 bps, maka nilai aset baik surat utang maupun saham akan lebih menarik dimata investor," tukasnya.
(akr)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Selamatkan Rupiah, BI Harus Kerek Suku Bunga Acuan"
Post a Comment