
loading...
"Ini masih lebih rendah jika dibandingkan situasi pada tapper tantrum 2015 yang bisa di atas 4 persen," ujar Sri Mulyani di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (13/8/2018).
Sementara itu defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II 2018, bila dibandingkan defisit triwulan sebelumnya masih lebih tinggi sebesar USD5,7 miliar (2,2% PDB). Melihat kondisi defisit neraca berjalan ini, Sri Mulyani menekankan Indonesia mesti berhati-hati lantaran apa yang dihadapi saat ini berbeda dengan tahun 2015, silam.
"Pada 2015 itu quantitative easing masih terjadi dan kenaikkan suku bunga belum dilakukan, baru diungkapkan," terang mantan Direktur Bank Dunia di tengah pelemahan mata uang rupiah yang semakin terkapar.
Tidak hanya itu, Sri Mulyani juga menambahkan, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) terus menantau secara hati-hati perkembangan global. Karena menurutnya situasi Turki sangat spesifik, tidak hanya masalah financial dan ekonomi, tapi juga ada masalah keamanan, maupun politik di tingkat global.
"Jadi kami lihat dinamika dari apa yang berkembang dari Turki dan sebagai negara G20 tentu ini akan memberikan pengaruh terhadap keseluruhan global ekonomi," paparnya kepada media.
(akr)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Defisit Transaksi Berjalan Naik, Sri Mulyani Klaim Masih Aman"
Post a Comment