
loading...
"Tidak menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan (pelemahan rupiah terhadap USD). Karena fundamental ekonomi kita kuat," ujar Mirza di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/9/2018).
Menurutnya, pelemahan rupiah dinilai imbas dari tren peningkatan USD dalam merespons perbaikan ekonomi AS. Namun, depresiasi nilai tukar juga terjadi pada mata uang negara-negara lain, tak hanya rupiah. "Negara seperti Australia juga melemah sama dengan kita, negara Selandia Baru juga melemah sama seperti kita. Bahkan ada (pelemahan nilai tukar) yang jauh lebih besar dari kita," tuturnya.
Selain eksternal, faktor internal juga turut menyumbang depresiasi mata uang Garuda. Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang mendekati 3% dari produk domestik bruto (PDB) memberi andil terbesar dalam pelemahan rupiah.
Dalam hal ini, Bank Sentral terus berupaya untuk menjaga stabilitas rupiah. Salah satunya dengan merespons kebijakan suku bunga Bank Sentral AS, The Federal Reserve. "Suku bunga acuan BI sejak pertengahan Mei 2018 telah dinaikkan 125 basis poin menjadi 5,5%," ungkap Mirza.
Dia bilang, kebijakan otoritas untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate untuk menjaga pasar keuangan Indonesia. Utamanya agar pasar obligasi pemerintah menjadi lebih menarik bagi investor global. "Selain itu, kenaikan suku bunga juga turut mendukung upaya menurunkan current account deficit," tandasnya.
(akr)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BI: Pelemahan Rupiah Tak Perlu Dicemaskan"
Post a Comment