Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, juga mengungkapkan, Indonesia dan Korea Selatan berkomitmen untuk terus menguatkan kerja sama di sektor industri.
Adapun peluang sinergi bilateral pada sektor manufaktur yang juga akan dikembangkan, di antaranya adalah industri baja, petrokimia, dan permesinan.
“Upaya ini sehubungan dengan rencana kunjungan kenegaraan presiden Korea Selatan ke Indonesia pada 8-10 November 2017,” kata Airlangga, melalui keterangannya di Jakarta, Kamis.
Untuk itu, antara Kementerian Perindustrian dengan Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan telah menginisiasi langkah pengembangan kerja sama di ketiga sektor industri potensial tersebut.
“Kesepatakan ini akan di tuangkan dalam satu MoU yang diharapkan dapat ditandatangani menteri dari kedua belah pihak saat kunjungan kenegaraan tersebut,” kata dia.
Airlangga menjelaskan, pihaknya tengah membidik investor Korea Selatan, yakni Lotte Chemical Titan agar segera merealisasikan penanaman modalnya sebesar 3-4 miliar dollar AS yang akan memproduksi naphtha cracker dengan total kapasitas sebanyak 2 juta ton per tahun.
“Bahan baku kimia tersebut diperlukan untuk menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lain,” ujarnya.
Apalagi, Kementerian Perindustrian tengah memfokuskan industri petrokimia sebagai salah satu sektor yang diprioritaskan pembangunannya di dalam negeri karena berperan penting sebagai pemasok bahan baku bagi banyak manufaktur hilir seperti industri plastik, tekstil, cat, kosmetika hingga farmasi.
Kemenperin juga telah mengusulkan agar industri petrokimia termasuk sektor yang perlu mendapatkan penurunan harga gas karena sebagai sektor pengguna gas terbesar dalam proses produksinya.
“Dengan harga gas yang kompetitif, daya saing industri petrokimia nasional makin meningkat,” tegas Airlangga.
Di samping itu, sektor strategis lainnya yang sedang dipacu pengembangannya di Indonesia adalah industri baja.
Upaya ini untuk mendorong pembangunan klaster industri baja di Cilegon, Banten, yang akan memproduksi 10 juta ton baja pada 2025.
“Sektor ini sebagai mother of industry karena produknya merupakan bahan baku utama bagi kegiatan sektor industri lainnya,” jelas Airlangga.
PT Krakatau Steel (KS) dan perusahaan baja Korea Selatan, Posco telah berkomitmen untuk mendukung pembangunan klaster 10 juta ton baja tersebut.
Saat ini, kapasitas produksi PT KS digabungkan dengan PT Krakatau Posco (perusahaan patungan PT KS dan Posco) di Cilegon telah mencapai 4,5 juta ton, dan segera meningkat kembali dengan beroperasinya pabrik HSM#2 berkapasitas 1,5 juta ton pada akhir 2019, sehingga total akan mencapai 6 juta ton.
Berdasarkan catatan BKPM, Korea Selatan adalah investor nomor tiga terbesar di Indonesia.
Di sektor industri manufaktur, perusahaan-perusahaan Korea Selatan berkontribusi hingga 71 persen dari total investasi selama lima tahun terakhir sebesar 7,5 miliar dollar AS.
Bahkan, pabrik-pabrik itu mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 900.000 orang.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA2017
Baca Kelanjutan Lagi Indonesia-Korea Selatan perkuat kerja sama tiga sektor industri : http://ift.tt/2hbMf0BBagikan Berita Ini
0 Response to "Indonesia-Korea Selatan perkuat kerja sama tiga sektor industri"
Post a Comment