Search

Ekonom AS Steve Hanke Sebutkan Tiga Penyebab Pelemahan Rupiah

loading...

MARYLAND - Steve Hanke, profesor ekonomi dari Johns Hopkins University di Maryland, Amerika Serikat, kembali menyoroti ekonomi Indonesia terutama pelemahan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi. Bukan tanpa sebab jika Hanke "peduli" dengan Indonesia.

Ia pernah menjadi penasihat khusus ekonomi Presiden Soeharto saat krisis ekonomi Asia 20 tahun silam. Melansir dari Forbes, Selasa (18/9/2018), Hanke mengatakan Presiden AS Bill Clinton dan Dana Moneter Internasional (IMF) merupakan biang keladi yang menciptakan krisis untuk menjungkalkan Soeharto.

"Tahun 1998, berkat Presiden Bill Clinton dan IMF, rupiah Indonesia runtuh dan inflasi melonjak," tulis Hanke.

Untuk menstabilkan rupiah dan menghentikan inflasi, Hanke mengusulkan kepada Soeharto untuk menerima Sistem Dewan Mata Uang. Ini akan membuat rupiah menjadi tiruan dari greenback--julukan dolar Amerika Serikat.

Prospek Dewan Mata mendapatkan serangan dari Gedung Putih dan IMF. Keduanya tahu bahwa Sistem Dewan Mata Uang akan berhasil. Kemudian, Bill Clinton dan Direktur Pelaksana IMF Michael Camdessus memberi pesan kepada Soeharto.

"Jika Anda melanjutkan Sistem Dewan Mata Uang dari Hanke, Indonesia tidak akan menerima bailout USD43 miliar. Pada akhirnya, Soeharto meninggalkan ide Dewan Mata Uang dan Krisis Keuangan Asia menjungkalkannya".

Saat krisis 1998, nilai tukar rupiah sempat menyentuh posisi terlemah Rp15.250 per USD. Setelah 20 tahun berlalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah. Pada Selasa (18/9/2018), kurs rupiah di indeks Bloomberg ditutup pada level Rp14.855 per USD. Banyak kalangan pun cemas dengan kondisi pelemahan rupiah dan apakah kondisi sekarang déjà vu 1998?

Steve Hanke

Kepada Forbes, Hanke mengatakan pelemahan rupiah yang terjadi saat ini berbeda dengan 1998, terutama dari faktor penyebabnya. Ia menggunakan Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money/QTM) dari ekonom Milton Friedman.

QTM menyatakan bahwa MV = Py. M adalah jumlah uang beredar. V adalah velocity of money alias tingginya peredaran atau perputaran uang. P adalah tingkat harga dan y adalah PDB riil (pendapatan nasional).

Teori tersebut mengemukakan, semakin tinggi peredaran uang akan mempengaruhi pergerakan terhadap mata uang luar negeri. Pada konteks rupiah maka semakin tinggi peredaran rupiah dalam negeri akan berdampak kepada pergerakan kurs rupiah terhadap mata uang global, khususnya dolar AS.

Di tahun 1998, jumlah rupiah yang beredar alias money supply (M2) tumbuh hingga 25,35%. Sementara saat ini, kata Hanke, pertumbuhan jumlah uang beredar hanya 6,4%. Jika dibandingkan, depresiasi rupiah saat ini belum separah di saat krisis ekonomi.

Let's block ads! (Why?)

https://ekbis.sindonews.com/read/1339350/35/ekonom-as-steve-hanke-sebutkan-tiga-penyebab-pelemahan-rupiah-1537285768

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Ekonom AS Steve Hanke Sebutkan Tiga Penyebab Pelemahan Rupiah"

Post a Comment

Powered by Blogger.