"Pihak yang punya instrumen untuk bikin data itu Kementan. (Data Kementan) meleset setiap tahun. Sudah dibilang betulkan, keluar lagi itu datanya," kata Darmin yang ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu malam.
Mantan gubernur Bank Indonesia itu mengatakan pihak yang mempunyai data terkait angka perkiraan produksi beras adalah Kementan dan Badan Pusat Statistik. Akurasi data menyangkut proyeksi produksi beras tersebut penting karena turut memengaruhi kebijakan pemerintah, misalnya terkait impor.
Data proyeksi produksi beras Kementan yang disoroti oleh Darmin yaitu sebanyak 13,7 juta ton dalam tiga bulan awal 2018.
Secara rinci, angka proyeksi produksi beras tersebut terdiri dari 2,5 juta ton pada Januari 2018, 4,7 juta ton pada Februari 2018, dan 6,5 juta ton pada Maret 2018.
Namun, ketika dilakukan rapat koordinasi membahas beras pada 19 Maret 2018, Darmin menyebutkan bahwa stok beras medium dan premium tinggal 590.000 ton, atau berkurang dari stok 903.000 ton per 15 Januari 2018.
Jumlah stok tersebut tidak terlalu banyak mengingat kebutuhan konsumsi beras sebulan secara keseluruhan mencapai 2,4 juta ton.
Kemudian, rapat koordinasi dilakukan kembali pada 28 Maret 2018 karena waktu panen raya sudah akan habis. Ketika itu, pemerintah memutuskan untuk impor satu juta ton sehingga total izin importelah mencapai dua juta ton sepanjang tahun ini.
"Dibilang (Maret 2018) 6,5 juta ton proyeksi produksi. Memang stok naik menjadi 649.000 ton tetapi tidak ada apa-apanya. Panen raya mau habis, siapa yang percaya bahwa ini akan baik-baik saja ke depan," ujar Darmin.
Baca juga: Buwas: Tidak perlu impor beras hingga Juni 2019
Baca juga: Pemerintah diminta perbaiki data beras
Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menko Perekonomian soroti data proyeksi beras Kementan yang sering meleset"
Post a Comment