"Tentu penjajakan awal melalui preferential trade agreement (PTA), produk apa saja yang bisa kita pertukarkan penurunan tarifnya mengingat salah satu hambatan di negara-negara ekonomi baru ini adalah tarif bea masuk. Kalau negara maju sudah non-tarif," kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag Kasan Muhri di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan bahwa strategi lainnya yang dilakukan pihaknya adalah menyadari pentingnya pasar negara-negara ekonomi baru yang dekat dengan Indonesia, termasuk ASEAN.
"Kita melakukan perubahan, realokasi perwakilan-perwakilan untuk menangani negara-negara ekonomi baru yang tidak jauh-jauh, terutama Asia Selatan seperti Sri Lanka, Bangladesh, Pakistan itu sedang kita garap," kata ujar Kasan Muhri.
Selain itu, menurut dia, Myanmar juga sedang digarap, kemudian menyusul Kemendag akan membuka Turki.
"Hal-hal ini merupakan bagian dari strategi kita untuk bagaimana mengompensasi pelemahan dari negara-negara tujuan ekspor yang tradsional," ujarnya.
Sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita akan membuka pasar ekspor baru di negara-negara yang belum memiliki perjanjian perdagangan dengan Indonesia.
Dia menjelaskan bahwa terdapat 13 negara, di kawasan Afrika dan Asia Selatan, yang berpotensi untuk menjadi pasar ekspor baru Indonesia.
Hal senada juga disampaikan oleh ekonom senior Indef Aviliani yang menyarankan agar Indonesia mulai mencari pasar baru, mengingat ekspor Indonesia ke negara-negara maju yang sedikit. Dia juga menyarankan Indonesia untuk mencoba membuka pasar ekspor produk-produknya ke kawasan Timur Tengah.
Baca juga: Kemendag bidik ekspor tumbuh 7,5 persen pada 2019
Baca juga: Kemendag genjot perjanjian perdagangan untuk tingkatkan ekspor
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kemendag ungkap strategi tembus pasar negara ekonomi baru"
Post a Comment