Pemerintah perlu memberikan insentif bagi sektor logam mulia dan perhiasan agar dapat mendorong ekspor
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman menyatakan saat ini masih diperlukan beragam insentif untuk lebih banyak lagi mendorong ekspor perhiasan nasional seperti logam mulia ke berbagai negara sasaran ekspor."Pemerintah perlu memberikan insentif bagi sektor logam mulia dan perhiasan agar dapat mendorong ekspor," kata Assyifa Szami Ilman dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, satu contoh capaian pemerintah yang patut dilanjutkan yang juga terkait dengan ekspor perhiasan adalah tercapainya kesepakatan IA-CEPA antara Indonesia dan Australia.
Hal tersebut, lanjutnya, karena dengan adanya perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara kedua negara, juga ke depannya akan mendukung adanya peluang ekspansi pasar sektor tersebut ke Australia dari yang sebelumnya fokus di Singapura.
Sebagaimana diwartakan, Kementerian Perindustrian menargetkan industri perhiasan tumbuh lima persen pada 2019, mengingat industri ini merupakan salah satu sektor andalan dalam menopang peningkatan nilai ekspor nasional dan lebih berdaya saing di tingkat global.
"Apabila mengacu pada target pertumbuhan industri nonmigas pada tahun 2019 sebesar 5,4 persen, maka kami memproyeksi industri perhiasan dapat tumbuh di kisaran lima persen juga untuk tahun ini,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada periode Januari-November 2018, ekspor perhiasan mencapai 1,88 miliar dolar AS. Negara tujuan ekspor perhiasan Indonesia antara lain Singapura, Hongkong, Amerika Serikat, Jepang, Uni Emirat Arab dan beberapa negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Denmark dan Swedia.
Gati menyampaikan, pihaknya telah memiliki program dan kegiatan dalam rangka meningkatkan daya saing perhiasan nasional, di antaranya melalui pelatihan dan pendampingan tenaga ahli desainer, serta bantuan mesin dan peralatan khususnya di unit pelayanan teknis (UPT).
Sebelumnya, pengusaha di bidang perhiasan emas, Michael Susanto Yahya, menyatakan optimistis bahwa ekspor perhiasan emas ke Amerika Serikat (AS) bakal terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.
"Saya yakin pertumbuhan ekspor kita untuk emas ke AS tahun ini bisa lebih tinggi 50 persen dibanding tahun sebelumnya," kata Michael Susanto Yahya di Washington DC, AS, Selasa (15/1).
Michael Susanto yang juga menjabat sebagai GM Ekspor Market PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) itu menyatakan bahwa jenis emas yang cukup laku di Negeri Paman Sam itu adalah ekspor kalung emas.
Menurut dia, hal tersebut karena di AS, banyak kalangan dan tidak hanya terbatas kaum hawa yang gemar memakai kalung emas, misalnya saja tidak sedikit rapper yang memakai perhiasan emas dengan ukuran besar.
Ia mengungkapkan bahwa sejumlah negara saingan Indonesia untuk ekspor perhiasan emas ke AS antara lain adalah Yordania, Republik Dominika, dan Afrika Selatan.
Namun, lanjutnya, Indonesia memiliki keuntungan dalam beberapa faktor, antara lain harga yang kompetitif serta pelayanan jasa pengiriman yang lebih baik.
Baca juga: Sembilan perusahaan perhiasan Indonesia pameran di Hong Kong
Baca juga: Ekspor perhiasan emas Indonesia ke AS diperkirakan terus meningkat
Baca juga: BPS: perhiasan dukung kinerja ekspor nonmigas Oktober
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Peneliti: tambah insentif untuk dorong ekspor perhiasan"
Post a Comment