
loading...
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, hal ini karena bantuan sosial hanya diperuntukkan bagi 40% masyarakat menengah bawah. Sementara kontribusi pengeluaran masyarakat menengah bawah terhadap realisasi konsumsi rumah tangga hanya sekitar 17%.
Konsumsi rumah tangga sendiri pada periode ini naik tipis dari 4,94% menjadi 4,95%. "Bansosnya naik. Kalau dilihat fenomena yang ada ini, yang lapisan bawah juga ada kenaikan seperti bansos, nilai tukar petani. Persentase pengeluaran 40% lapisan bawah itu hanya 17%," jelasnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (7/5/2018).
Menurutnya, kenaikan konsumsi rumah tangga ini lebih dipengaruhi oleh masyarakat golongan menengah ke atas. Adapun pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat menengah atas adalah yang bersifat leisure seperti liburan dan jalan-jalan. Tak heran, pada periode ini tingkat penghunian hotel pun naik cukup signifikan.
"Jadi ada switching dari makanan ke nonmakanan. Jadi makanannya dikurangi. Ada pergeseran dari non-leisure ke leisure," imbuh dia.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini menambahkan, meskipun kenaikan konsumsi rumah tangga pada triwulan I/2018 ini sangat tipis, namun dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sangatlah besar. Sebab, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto (PDB) sekitar 56,80%.
"Kenaikan tipis konsumsi RT dampaknya besar sekali, karena sharenya 56,80%. Karena pergerakan sedikit dia akan berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi. Dan kalau kita lihat, seluruh komponen konsumsi rumah tangga itu tumbuh," tandasnya.
(fjo)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BPS: Efek Bansos ke Konsumsi Rumah Tangga Tak Besar"
Post a Comment